Noah (Instrumen Piano)

Rabu, 12 Desember 2012

CHEM SKETCH

Chem Sketch adalah suatu soft ware yang mempermudah meggambarkan struktur molekul dalam 3 dimensi. dengan chem sketch kita dapat membuat kimia mejadi pelajaran yang sangat menarik.

Beberapa contoh chem sketch :

utuk medowload soft ware ini, silahkan klik
http://www.acdlabs.com/resources/freeware/

MINI RISET KURIKULUM KIMIA SMP



ABSTRAK
Sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran kimia, sarana sekolah, persiapan guru dalam mengajar serta menganalisis silabus dengan materi ajar kimia dan keterlibatan PKS dalam memeriksa kesiapan mengajar. Dari analisa angket dapat diketahui bahwa minat belajar siswa sangat kurang. Kekurang variasi metode pembelajaran yang digunakan tidak mampu menarik minta siswa. Sarana dan prasarana sekolah juga sangat kurang.ini membuat siswa kebingungan dalam mencari sumber belajar.
 Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Prasarana dan sarana diibaratkan sebagi motor penggerak yang dapat berjalan dengan kecepatan sesuai dengan keinginan oleh penggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar.




PENDAHULUAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan (Zulharman, 2007).
Sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah (Dhanay, 2009).
Dari data statistic HDI (Human Development Index) terdapat 60% guru SD, 40% SLTP, 43% SMA, dan 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya (Suwar, 2007). Mutu guru Indonesia yang masih rendah ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan negeri ini. Masih banyak ditemukan guru yang belum memiliki kemampuan memilih pendekatan dan metode yang tepat dalam pembelajran.
Sesungguhnya secara formal meluluskan siswa seratus persen itu tidak pernah ada. Tetapi guru-guru sepertinya mengalami tekanan psikologis secara halus untuk meluluskan siswanya seratus persen setiap tahun. Karena guru sering didekati oleh sementara orangtua murid agar anaknya dapat dibantu untuk lulus. Karena itu, sering siswa itu nilainya dikatrol oleh guru bukan didapatkan oleh murid sendiri melalui ulangan umum atau ujian akhir. Sebagai seorang guru hal ini memang menjadi suatu pertanyaan dan permasalahan yang memerlukan solusi yang baik, selain guru bertugas mentransfer ilmu mereka juga mengemban amanat untuk membimbing dan mendidik akhlak dan kebiasaan siswa karena menurut agama menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap manusia. Mulai dari mereka masih di ayunan sampai kelak ke liang lahat. Disamping itu bila sebagian besar nilai hasil belajar siswa tidak sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut Belum Berhasil dalam menunaikan tugasnya sebagai guru.
Belajar kimia sangat erat kaitannya dengan eksperimen sesuai dengan karakter ilmu kimia sebagai eksperimen sesuai dengan karakter ilmu kimia sebagai experimental science. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam belajar ilmu kimia, yakni ilmu kimia sebagai hasil temuan para ahli seperti prinsip, hokum, dan teori, serta kimia sebagai proses berupa kerja ilmiah.
Penelitian Marlon (2008) mengemukakan bahwa efektivitas pembelajaran dengan metode praktikum 55,56% baik untuk kelompok tinggi dan kelompok rendah. Melakukan praktikum mengenai suatu materi pelajaran akan meningkatkan penalaran siswa terhadap materi tesebut. Penalaran ini berguna untuk meningkatkan kemampuan dan daya sensitive siswa terhadap teknologi. Siswa dapat mengembangkan daya kreativitasnya ketika melakukan percobaan.
Sejumlah sekolah mulai berusaha menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengacu pada Standar Isi yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Sosialisasi dan pelatihan-pelatihan pun mulai diselenggarakan.  Namun, sejauh ini guru dan sekolah sebagai pelaksana masih meraba-raba penerjemahan kurikulum tersebut. Mereka juga khawatir kekurangan buku pegangan sebagai bahan ajar. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal ini berarti harus sesuai dengan target yang akan dicapai. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis pembelajaran dan materi ajar KTSP untuk mata pelajaran kimia kelas VII di MTsN 1 Model Medan.


















METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 1 Model Medan pada tanggal 16 s.d. 30 September 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan guru yang mengajar kimia MTsN 1 Model Medan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara purposive atau berdasarkan pertimbangan yaitu siswa kelas VII dan guru kimia yang mengajar di kelas tersebut. Jumlah seluruh siswa kelas VII adalah sebanyak 256 orang namun yang diambil sebagai sampel sebanyak 32 orang. Guru kimia di MTsN 1 Model Medan sebanyak 3 orang, tetapi yang peneliti jadikan sampel hanya 1 orang.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket dan wawancara. Instrumen angket diberikan kepada siswa dan wawancara diberikan kepada guru kimia. Angket siswa berisi tentang ketertarikan siswa kepada pelajaran kimia, penggunaan sarana dan prasarana di sekolah, dan metoda pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sedangkan wawancara kepada guru berisi tentang minat siswa, sumber belajar siswa, sarana sekolah, media pembelajaran yang digunakan dan persiapan pengajaran.
Penskoran angket dilihat dari keterangan sampel dalam menjawab iya atau tidak dan disertai oleh alasannya memilih jawaban. Pengumpulan jawaban dibuat dalam bentuk persentase frekuensi jumlah siswa yang sebagai sampel. Wawancara dilakukan hanya dengan proses tanya jawab antara peneliti dengan guru kimia.
Peneliti juga mengadakan analisis materi ajar kimia. Ini bertujuan untuk meluhat kesesuaian silabus dengan buku yang digunakan oleh guru. Sehingga peneliti meminta silabus kepada guru.
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1.    Menentukan populasi penelitian. Populasi penelitiannya adalah MTsN 1 Model Medan.
2.    Menentukan sampel penelitian. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas VII dan guru kimia MTsN 1 Model Medan.
3.    Menyebarkan angket kepada siswa yang sebagai sampel dan melakukan wawancara dengan guru kimia.
4.    Melakukan analisis data atas jawaban angket.
5.    Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
 Skema Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat disusun dalam bentuk skema penelitian sebagai berikut:




HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil angket
Setelah dilakukan penyebaran angket terhadap siswa kelas VII maka diperoleh data:


Keterangan:
Item 1 – 12 adalah pertanyaan:
1.    Apakah anda tahu apa itu ilmu kimia?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 53,13% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 37,50% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar9,38 % siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 53,13% siswa mengetahui tentang ilmu kimia dengan baik dengan ruang lingkup yang sangat sederhana.

2.    Apakah anda menyukai pelajaran kimia?
Sebesar 12,5% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 9,38% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 3,13% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 75% siswa  menyukai kimia karena kimia bukan merupakan pelajaran baru yang tidak begitu sulit dipahami bagi mereka.

3.    Apakah menurut anda pelajaran kimia itu menarik?
Sebesar 21,88% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 53,13% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 21,88% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 3,13% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 53,13% siwa menganggap kimia itu menarik karena ilmu itu berhubungan dengan kehidupan manusia.

4.    Apakah anda mempunyai buku pegangan pelajaran kimia?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 0% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 93,75% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 6,25% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 93,75% siswa memiliki buku pegangan. Buku pegangan kimia disediakan dari perpustakaan di sekolah.

5.    Bagaimana menurut anda tentang buku pegangan yang digunakan?
Sebesar 15,63% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 68,75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 15,63% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 68,75% siswa menganggap buku pegangan kimia yang mereka miliki baik karena kesesuaian isi buku dengan bahan ajar yang disampaikan oleh guru mereka.

6.    Bagaimana ketersediaan buku-buku kimia di perpustakaan sekolah anda?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 81,25% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 18,75% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 81,25% siswa menyatakan persediaan buku di perpustakaan sekolah adalah baik. Perpustakaan MTsN 1 Model Medan memiliki buku dengan jumlah yang besar. Perpustakaan ini merupakan salah satu perpustakaan yang terbaik diantara sekolah lainnya.

7.    Bagaimana proses belajar mengajar kimia di kelas anda?
Sebesar 37,50% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 59,37% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 3,13% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan : 59,37% siswa menyatakan proses belajar kimia berlangsung dengan baik. Karena pada saat guru mengajar hampir seluruh siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran tersebut.

8.    Bagaimana cara guru anda megajarkan kimia?
Sebesar 18,75% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 62,50% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 15,63% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 3,13% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 62,50% siswa menyatakan guru kimia mengajar dengan baik. Karena guru yang mengajarkan dianggap mengusai ilmu dan mengajar dengan penuh kesabaran.

9.    Apakah guru kimia anda pernah mengajar denga menggunakan media?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Sering)
Sebesar 6,25% siswa menjawab B (Sering)
Sebesar 93,75% siswa mejawab C (Jarang)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Tidak Pernah)
Kesimpulan: Guru jarang menggunakan media.

10.    Apakah anda memahami jika guru kimia anda menjelaskan pelajaran menggunakan media?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 93,75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 6,25 % siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 93,75% siswa mengeri jika guru kima mengajar dengan menggunakan media. Mereka bahkan lebih menyukai jika gurunya mengajar dengan media.

11.    Apakah anda pernah melakukan percobaan kimia di laboratorium sekolah?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Sering)
Sebesar 0% siswa menjawab B (Sering)
Sebesar 100% siswa mejawab C (Jarang)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Tidak Pernah)
Kesimpulan: 100% siswa menyatakan mereka jarang melakukan percobaan kimia di Lab. IPA dikarenakan padatnya jadwal Lab IPA tersebut.

12.    Bagaimana fasilitas laboratorium kimia di sekolah anda?
Sebesar 6,25% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 18,75% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 75% Lab IPA yang dimilki dalam kondisi yang baik.

Dari hasil jawaban siswa dalam menjawab angket dapat kita ketahui minat belajar kimia siswa cukup baik karena mereka menganggap kimia merupakan pelajaran yang baru bagi mereka dan tidak terlalu sulit untuk dipahami. Kimia juga dianggap menarik bagi siswa karena guru dapat mengaitkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari. Prasarana dan sarana diibaratkan sebagi motor penggerak yang dapat berjalan dengan kecepatan sesuai dengan keinginan oleh penggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar.
Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang besar, mungkin dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar. Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh kepuasan terhadap belajar. Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa.

Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak sekolah yaitu guru kimia MTsN 1 Model Medan diperoleh data-data berikut:
1.    Minat belajar siswa akan pelajaran cukup baik embelajaran yang meskipun pembelajaran dilakukan dengan konvensional dan mereka mengaggap kimia itu berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2.    Siswa memiliki buku pegangan kimia yang memudahkan siswa memeahami materi ajar. Guru memberikan penjelasan tujuan yang akan dicapai ketika memulai pelajaran. Silabus yang digunakan brasal dari BSNP dan telah dikembangkan.
3.    Guru sebagai sumber belajar. Selain itu siswa mencari sumber belajar dari internet. Buku pegangan guru adalah buku IPA SMP Kelas VII penerbit Erlangga.
4.    Sekolah memiliki fasilitas laboratorium IPA dan perpustakaan. Areal sekolah cukup luas yang dilengkapi dengan laboratorium IPA, laboratorium Bahasa, laboratorium computer dan sebagainya. Hanya saja laboratorium kimia masih bergabung dengan Biologi dan Fisika dan didominasi oleh Biologi sehingga kesempatan melakukan percobaan di laboratorium tersebut sangat terbatas.
5.    Guru jarang menggunakan media terutama media computer karena ketersediaan LCD yang terbatas. Guru hanya menggunakan media sederhana seperti peta konsep yang dituangkan dalam karton warna-warni.
6.    Penyusunan prota, prosem dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang harus dikumpulkan minimal sebulan setelah PBM berlangsung,
7.    Kepala sekolah da WKM Kurikulum selalu memberikan anjuran atau saran jika terjadi kesalahan dalam pembuatan persiapan.
Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa guru dapat menyampaikan pelajaran kimia dengan baik, namun guru kurang mendapat kesempatan untuk mengajak siswa melakukan percobaan di Laboratorium IPA karena lebih didominasi oleh Biologi.
Pihak sekolah cukup memperhatikan persiapan mengajar guru. Pihak sekolah juga terus memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan.
Analisis Materi Ajar dan Silabus
Analisis  silabus ini dapat mencakup keseluruhan atau masing-masing komponen silabus seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam silabus tersebut.Secara sederhana analisis silabus dapat disamakan dengan penelitian karena analisis silabus menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara analisis dan penelitian terletak pada tujuannya. Analisis bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai silabus apakah akan direvisi atau diganti.
Materi kimia yang diajarkan di MTs kelas VII diajarkan masih tergolong materi yang tidak sulit untuk dimengerti. Untuk di semester I materi kimia yang diajarkan yaitu Asam, Basa dan Garam serta Unsur, Senyawa dan Campuran.
Silabus yang dibuat oleh guru MTsN 1 Model Medan belum mencerminkan KTSP. Didalamnya tidak ada tercantum tentang pemanfaatan fasilitas sekolah. Silabus KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
Siswa akan mudah memahami suatu materi pelajaran yang diajarkan apabila guru mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian atau benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa. Keterkaitan ini akan membuat daya ingat siswa terhadap materi yang diajarkan lebih tahan lama. Lingkungan dapat menjadi tempat kegiatan belajar. Di dalam kelas dapat dilakukan kegiatan meniru hal-hal yang ada di lingkungan.
Metode yang terdapat di dalam silabus sangat membosankan. Di dalam silabus guru menggunakan metode ceramah dan diskusi. Metode ceramah yang digunakan tidak akan mengembangkan pemikiran siswa, sedangkan metode diskusi hanya siswa aktif saja yang bekerja. Kurangnya variasi metode pembelajaran yang digunakan guru dapat membuat siswa merasa bosan dan jenuh terhadap pelajaran yang diajarkan.
Mutu guru di Indonesia yang masih cukupt rendah merupakan salah atu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di negeri ini. Masih banyak ditemukan guru-guru yang belum memiliki kemampuan memilih pendekatan dan metode yang tepat dalam pembelajaran. Padahal penggunaan pendekatan dan metode yang tepat sangat menentukan keberhasilan proses pengajaran dan hasil belajar.
Analisis materi ajar terhadap silabus yang digunakan perlu diadakannya revisi. Ada beberapa kekurangan dan ketidaksesuaian yang terdapat pada pengembangan silabus. Dengan adanya revisi diharapkan menjadi lebih baik dalam pembuatan persiapan mengajar. Persiapan mengajar yang baik akan menciptakan proses pembelajaran yang baik pula.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Minat siswa akan pelajaran kimia cukup baik. Mereka merasa pelajaran kimia itu tidak terlalu sulit untuk dimengerti dan berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2.    Sarana yang dimiliki cukup baik. Hal ini mampu membantu proses belajar-mengajar berlangsung dengan baik pula.
3.    Dalam pengembangan silabus, guru kurang mengembangkannya berdasarkan kurikulum KTSP. Pada silabus tidak terdapat hal mengarah ke kurikulum KTSP.

SARAN
Saran yang dapat saya berikan untuk pelaksanaan KTSP adalah:
1.    Pihak sekolah lebih memperhatikan pembangunan sarana di sekolah agar mudah mendapatkan sumber belajar guna meningkatkan kualitas siswa.
2.    Guru harus dapat menarik minat belajar siswa dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran.
3.    Pengembangan silabus harus berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Dhanay., (2009), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Error! Hyperlink reference not valid.
Suwar., (2001), Meningkatkan Mutu Guru Melalui Pemberdayaan Diri, http://www.octavianusz.blogspot.com/
Zulharman., (2007), Evaluasi Kurikulum: Pengertian, Kepentingan dan Masalah yang Dihadapi, Error! Hyperlink reference not valid.







Jumat, 07 Desember 2012

OBOR KIMIA

Siapa bilang kimia itu sangat menakutkan dan membosankan?
Beberapa eksperimen kimia justru sangatlah menarik.
Salah satunya aalah "OBOR KIMIA"


untuk lebih jelasnya, silahkan klik video berikut.
video_obor_kimia

Mari Berfilsafat

MARI BERFILSAFAT

Pada hakekatnya alam semesta ini tersusun dan dipenuhi oleh benda-benda, baik benda hidup maupun benda mati. Setiap benda hidup maupun benda mati merupakan zat yang terdiri dari unsur-unsur penyusun yang berbeda. Sesuatu dapat dikatakan sebagai zat apabila ia memiliki massa dan menempati ruang, baik itu zat yang berasal dari benda hidup (zat hidup) maupun zat yang berasal dari benda mati (zat mati).
Setiap zat memiliki struktur, sifat, dan energi yang berbeda. Suatu zat (benda) dapat dikatakan zat hidup apabila ia dapat memiliki struktur yang tampak jelas, sifat-sifat sebagai makhluk hidup (tumbuh, berkembang, beradaptasi, berkembangbiak, dsb.) serta memiliki energi untuk melakukan suatu usaha. Misalnya manusia dan hewan yang memiliki struktur fisik yang tampak jelas oleh indra kita, memiliki sifat yang mencirikan mereka sebagai makhluk hidup seperti mengalami pertumbuhan fisik, perkembangan fisik maupun mental serta mampu beradaptasi, dan juga memliki energi untuk melakukan suatu usaha seperti berpindah tempat (bergerak).
Suatu zat (benda) hidup memiliki struktur yang jelas yang selalu mengalami suatu perkembangan dan perubahan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal zat tersebut. Yang dimaksud dengan faktor internal disini adalah faktor genetis yang sudah merupakan faktor turunan atau bawaan yang akan selalu mempengaruhi struktur maupun perkembangan benda (zat) hidup. Misalnya saja pada manusia, seorang anak dapat tumbuh besar dan tinggi jika didalam tubuhnya memang terdapat faktor genetik besar dan tinggi (faktor internal). Namun seorang anak yang tidak memiliki faktor genetik juga dapat tumbuh besar dan tinggi jika ia mau berusaha seperti berenang dan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi (faktor eksternal).
Setiap benda (zat hidup) memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat mencirikan ia sebagai makhluk hidup seperti tumbuh, berkembang, mampu beradaptasi dan berkembangbiak. Sebagai suatu zat yag hidup sifat tumbuh dapat terlihat dari struktur benda (zat) hidup yang selalu dinamis. Misalkan pada manusia, dilahirkan sebagai bayi, kemudian tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan kemudian terus tumbuh dan berkembang menjadi orang tua.
Manusia juga mengalami perkembangan fisik maupun mental (psikis). Perkembangan fisik pada umumnya dipengaruhi oleh faktor genetis, namun perkembangan psikis pada manusia biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya. Jika manusia itu berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi pribadi yang baik pula. Namun jika ia berada di lingkungan yang buruk, ia pun akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang buruk pula. Dalam hal ini yang dikatakan baik dan buruk adalah kualitas manusia tersebut bukan kuantitasnya. Yang dimaksud dengan kualitas dapat berupa karakter ataupun kepribadian manusia itu. Sebagai contoh, seorang anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan saling menghargai cenderung tumbuh menjadi anak yang menyayangi sesama dan berbudi pekerti. Namun, seorang anak yang tumbuh di lingkungan penuh konflik biasanya akan tumbuh menjadi anak yang nakal dan suka menciptakan suatu konflik pula. Sebagai contoh, seorang anak yang tumbuh dilingkungan yang suka bermain judi memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi seorang penjudi pula jika dibandingkan dengan seorang anak yang tumbuh di lingkungan yang baik.
Benda (zat) hidup adalah sesuatu yang memiliki energi untuk melakukan suatu usaha seperti bergerak atau berpidah tempat. Untuk melakukan suatu pergerakan dibutuhkan suatu energi dan makhluk hidup mampu melakukan perpindahan karena memiliki sejumlah energi.  Misalnya saja manusia dapar bergerak bebas, berlari-lari, berlompat sekehendak hatinya karena memang manusia memiliki energi untuk melakukan hal itu.
Suatu benda (zat) mati tidak memiliki struktur, sifat maupun energi yang sama sebagaimana yang dimiliki zat hidup. Benda (zat) mati memang memiliki struktur yang jelas tampak namun struktur tersebut bersifat statis dan tidak mengalami pertumbuhan maupun perkembangan. Zat mati dan tak hidup juga tidak memiliki energi sebagaimana yang dimiliki oleh zat hidup. Misalkan saja pada kursi, kursi hanya akan berpindah tempat jika didorong oleh manusia sebagai zat hidup. Itu artinya kursi tidak memiliki energi untuk melakukan suatu usaha. Oleh karena itu suatu benda (zat) hidup yang memiliki struktur yang tak lagi dinamis (statis), tidak lagi mempunyai sifat yang mencirikannya sebagai benda (zat) hidup dan tak ladi memiliki energi dapat dikatakan benda (zat) yang telah mati atau zat mati.

Jumat, 30 November 2012

STOIKIOMETRI

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia).
Stoikiometri meliputi Konsep Mol dan Perhitungan Kimia.

Untuk lebih jelas, silahkan lihat powerpoint berikut.

<iframe width="420" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/PW8QyWcscE0" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Sabtu, 03 November 2012

PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

PENDAHULUAN

Secara umum laboratorium adalah tempat melakukan berbagai percobaan atau penelitian. Dalam melakukan percobaan di laboratorium digunakan peralatan dan bahan kimia yang sifatnya belum kita pahami atau kita kenal sama sekali. Bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan keracunan, kebakaran, ledakan atau bahaya-bahaya lain yang mungkin juga belum kita pahami. Dalam bekerja di laboatorium tentu saja kita mempunyai target atau tujuan namun hendaknya untuk mencapai target tersebut keselamatan tidak kita abaikan. Hal yang diinginkan adalah dinamika laboratorium yang tinggi namun tidak terjadi kecelakaan (zero accident). Maka untuk mencapai hal tersebut diperlukan manajemen laboatorium yang baik.
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA dapat berupa bahan kimia, bahan alami (berupa benda dan makhluk hidup). Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia yang kurang berbahaya seperti aquadest, amilum, yodium dan gula.
Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium.









ISI
Dalam bekerja di Laboratium sebaiknya diasumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di Laboatorium adalah berbahaya.  Jenis bahaya diakibatkan karena kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda – beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemichal), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Pada laboratorium tempat observasi bahwa bahan - bahan diurutkan secara alfabetis yang dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Menurut loboran tempat observasi, mengatakan bahwa bahan kimia cair dipisahkan dengan bahan kimia yang padat dimana bahan kimia padat diletakkan di rak bahan paling atas yang gunanya untuk memudahkan dalam pencarian bahan. Selain itu, pada botol reagen juga terdapat pelabelan yang mencantumka nama kimia dan rumusnya, tingkat bahaya, konsentrasi, tanggal pembuatan dan lama hidup.

Wadah dan tempat penyimpanannya juga diberi label yang mencantum nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Misalnya warna merah untuk bahan  flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
   Label bahan flammable

   Label bahan oksidator      
 
  Label bahan toxsic

Label bahan korosif     
 

Label bahan dengan tingkat bahaya rendah

Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudak terbakar, meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, mau tak mau kita harus mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut.
Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga jangan sampai berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi dan tidak bias.
Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan sifat kimia bahan.  Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
·    Kontrol temperatur
·    Perbandingan dan konsentrasi reaktan
·    Kemurnian bahan
·    Viskositas media reaksi
·    Kecepatan penambahan bahan
·    Pengadukan
·    Tekanan reaksi atau distilasi
·    Bahaya radiasi
·    Bahaya padatan yang reaktif
Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
1.    Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
2.    Reaksi dekomposisi
3.    Komposisi, struktur & reaktivitas kimia
4.    Bahan-bahan kimia tidak kompatibel
1.    Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
·    Mudah meledak (explosive)
·    Mudah menyala (flammable)
·    Pengoksidasi (oxidizing)
·    Berbahaya (harmful)
·    Korosif (corrosive)
·    Bersifat iritasi (irritant)
·    Beracun (toxic)
·    Karsinogenik
·    Teratogenik
·    Berbahaya bagi lingkungan
2.    Reaksi dekomposisi
Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.

3.    Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
·    CN2             ( senyawa diazo )
·    C – NO         ( senyawa nitroso )
·    C – NO2        ( senyawa nitro )
Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
·    Kontrol temperature
·    Perbandingan dan konsentrasi reaktan
·    Kemurnian bahan
·    Viskositas media reaksi
·    Kecepatan penambahan bahan
·    Pengadukan
·    Tekanan reaksi atau distilasi
·    Bahaya radiasi
·    Bahaya padatan yang reaktif

4.    Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
·    Identifikasi bahan di masing-masing lab.
·    Perhatikan MSDS
·    Pahami prosedur penanganan
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut :
Jenis Asam
Ø    Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potassium, dan magnesium.
Ø    Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang  flammable dan combustible.
Ø    Asam asetat adalah cairan flammable.
Ø    Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik.
Ø    Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida.
Ø    Pisahkan Asam dan Basa
Jenis Basa (Bases)
Ø    Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik
Ø    Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium
Pelarut (Flammable dan combustible)
Ø    Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent
Ø    Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain
Ø    Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll
Pengoksidasi
Ø    Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable
Ø    Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format
Sianida
Ø    Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap Air
Ø    Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air
Ø    Siapkan Racun api kelas D didekatnya
Bahan Piroforik
Ø    Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin
Ø    Berikan tambahan seal yang kedap udara
Light-Sensitive Chemicals
Ø    Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.
Bahan pembentuk peroksida
Ø    Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable
Ø    Pisahkan dari pengoksidasi dan asam
Bahan Beracun
Ø    Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya
Ø    Pergunakan sistem keamanan yang memadai
Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume. Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium. Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk untuk penyimpanan asam dan basa. Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids.





















KESIMPULAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Manajemen laboratorium, dalam hal ini manajemen mutu, harus didesain untuk selalu memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerjanya, disamping harus mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan manajemennya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan penggunaan laboratorium.












DAFTAR PUSTAKA

Aridianto, Devo., 2010., Cara Penyimpanan Alat dan Bahan Laboratorium IPA. http://dovoav1997.webmode.com
Lubis, M., (1993),  Pengelolaan Laboratorium IPA, Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta
Edukasi., 2011., Cara Memperlakukan Alat dan Bahan Di Laboratorium IPA., www.e-dukasi.net
Lansida., 2011., Penyimpanan Bahan Kimia yang Aman., http://lansida.blogspot.com
Tim Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Laboratorium, (2010), Pengelolaan Laboratorium. Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Medan.
Universitas Pekalongan., 2011., Manajemen Laboratorium., www.unikal.ac.id