Noah (Instrumen Piano)

Senin, 11 Februari 2013

Kimia Larutan (Asam Basa)













ASAM DAN BASA



A.    Klasifikasi Asam dan Basa

Asam dan basa merupakan sesuatu yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak barang dalam kehidupan sehari – hari termasuk kedalam contoh asam dan basa, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, bahan industri dan lain sebagainya.  Asam dan basa dapat berfungsi sebagai bahan dasar dari banyak produk dan obat – obatan, disamping itu kimia asam basa berperan penting dalam proses industri dan sangat diperlukan dalam mempertahankan sistem biologis.

Secara umum asam memiliki rasa masam, misalnya cuka yang mempunyai rasa dari asam asetat, dan lemon serta buah buahan sitrun lainnya yang mengandung asam sitrat. Basa memiliki rasa pahit, terasa licin seperti sabun. Di dalam air basa dapat menghantarkan arus listirik

Ada beberapa teori yang menjelaskan sifat asam dan sifat basa, antara lain Arrhenius, Bronsted dan Lowry, serta Lewis. Berikut ini akan dijelaskan sifat asam menurut Arrhenius, Bronsted dan Lowry, serta Lewis.





Gambar 1.1  Jeruk purut contoh buah yang mengandung asam


1.    Teori asam basa menurut Arrheniuss

    Konsep asam dan basa sudah dikenal sejak abad 18 – an. Pada tahun 1887 seorang ilmuwan Swedia, Svante August Arrhenius, mengemukakan suatu teori tentang asam – basa. Arrhenius berpendapat bahwa dalam air, larutan asam dan basa akan mengalami penguraian menjadi ion- ionnya dan kekuatan asam dalam air tergantung pada konsentrasi ion-ion hidrogen di dalamnya.

 

Gambar 1.2 Svante August Arrhenius
Sumber: www.sciencephoto.com

a.    Asam

Asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion  hidrogen (H+). Asam umumnya merupakan senyawa kovalen. Misalnya gas hidrogen klorida yang merupakan senyawa kovalen, tetapi apabila dilarutkan kedalam air akan terurai menjadi ion  - ionnya. Perhatikan contoh asam berikut.

 Ion H+ tidak berupa proton bebas akan tetapi terikat pada molekul air, membentuk H3O+ (aq) (ion hidronium). Akan tetapi untuk kepastian di sini kita akan menuliskannya sebagai H+ saja. Perlu diingat bahwa yang menyebabkan sifat asam adalah ion H+. Oleh karena itu, senyawa seperti etanol (C2 H5 OH), gula pasir (C12H22O11­), meskipun mengandung atom hidrogen tetapi tidak bersifat asam, sebab tidak dapat melepaskan ion H+ ketika dilarutkan kedalam air. Namun ada senyawa yang tidak mempunyai atom hidrogen tetapi bersifat asam yaitu beberapa oksida bukan logam, sebab mereka dapat bereaksi dengan air menghasilkan ion H+. Oksida semacam ini disebut oksida asam.

Berdasarkan jumlah ion H+  yang dapat dilepaskan, senyawa asam dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yaitu :
1.    Asam monoprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan satu ion H+
Contoh : HCl (aq), HBr (aq), dan HNO3 (aq).
2.    Asam diprotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan dua ion H+
Contoh : H2SO4 (aq) dan H2CO3 (aq)
3.    Asam tripotik, yaitu senyawa asam yang melepaskan tiga ion H+, keberadaannya relatif sedikit. Asam tripotik yang paling banyak dikenal adalah asam fosfat.
Contoh : H3PO4 (aq)

Tabel 1.1. Berbagai jenis asam

 


Tabel 1.2. Basa dan ionisasinya dalam air.

 

Berdasarkan jumlah gugus OH yang diikat, senyawa basa dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu :
1.    Basa monohidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki satu gugus OH-, contoh: NaOH(aq), KOH(aq) dan NH4OH(aq)
2.    Basa dihidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki dua gugus OH-
contoh: CaH2 (aq) dan Ba(OH)2 (aq)
3.    Basa trihidroksi, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus OH-,
contoh: Al(OH)3 (aq) dan Fe(OH)3 (aq)
1.1.     Sifat larutan asam dan basa

Secara umum asam dikatakan sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion OH-. Untuk mengenali sifat suatu larutan dapat diketahui dengan menggunakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda pad  larutan asam dan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut, indikator asam basa dapat digunakan untuk mengetahui apa suatu zat termasuk asam atau basa. Salah satu indikator asam basa yang praktis digunakan adalah lakmus. Lakmus berasal dari spesies lumut kerak yang dapat berbentuk larutan atau kertas. Lakmus yang sering digunakan berbentuk kertas karena lebih sukar teroksidasi dan menghasilkan perubahan warna yang jelas.

Ada dua jenis kertas lakmus, yaitu:
1). Kertas lakmus merah. Kertas lakmus merah berubah menjadi berwarna biru dalam larutan basa dan pada larutan asam atau netral warnanya tidak berubah (tetap merah).
2) Kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru berubah menjadi berwarna merah dalam larutan asam dan pada larutan basa atau netral warnanya tidak berubah (tetap biru).

Untuk mengetahui apakah suatu larutan mengandung ion H+ dan ion OH- dapat diuji dengan menggunakan kertas lakmus.

Untuk semakin memahami sifat larutan asam basa, kamu dapat melakukan kegiatan eksperimen berikut.

Kegiatan 1.1 Uji larutan asam-basa dengan kertas lakmus.

A.    Alat dan bahan

Alat :
1.    Gelas ukur
2.    Pipet Tetes
3.    Gunting

Bahan :
1.    Air suling
2.    Larutan Cuka
3.    Air Kapur
4.    Ammonia
5.    HCl
6.    NaOH
7.    Air Sabun
8.    Air Jeruk
9.    Lakmus Biru dan Merah

B.    Prosedur kerja

1.    Siapkan kertas lakmus merah dan biru.
2.    Siapkan larutan yang tercantum di tabel pengamatan
3.    Ambil kertas lakmus merah dan biru, kemudian celupkan ke dalam larutan pertama yang kalian siapkan
4.    Catat hasil perubahan warna pada kertas lakmus merah dan biru. Kemudian lakukan hal yang sama untuk larutan yang lain

C.    Hasil pengamatan

Buat dan lengkapi tabel di bawah ini pada buku kerja kalian.




1.2    pH Larutan

a.    Konsep pH.

Derajat keasaman merupakan ukuran  konsentrasi asam dan basa yang sering dinyatakan dengan istilah pH. Besarnya [H+] dalam suatu larutan merupakan salah satu ukuran untuk menentukan tingkat keasaman suatu larutan. Tingkat keasaman suatu larutan tergantung pada molaritas ion H+ semakin besar, maka semakin asam larutan itu. Tetapi, pernyataan kekuatan asam menggunakan [H+] memberikan angka yang sangat kecil dan penulisannya tidak sederhana. Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, ahli kimia Denmark, Soren Peer Lauritz Sorensen, mengajukan istilah pH. pH merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen dalam larutan berair. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+ . Bilangan ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar anatara 1 -14  dan ditulis:

       

Pada suhu 250C, molaritas ion H+ air murni adalah 1,0 x 10-7M,  sehingga
pH = - log [H+]
pH = - log (1,0 x 10-7) M
pH = 7

Pada suhu 250C, pKw = pH + pOH = 14
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:
a.    Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH-] atau pH = pOH = 7
b.    Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH-] atau pH < 7
c.    Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH-] atau pH > 7

Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan negatif, maka makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan ion H+ sebesar 10n. Pehatikan contoh berikut ini.

Jika konsentrasi ion H+ = 0,01 M, maka pH = - log 0,01 = 2
Jika konsentrasi ion H+ = 0,001 M, (10 kali lebih kecil)
maka      pH    = - log 0,001
                       = 3 (1 naik satuan)

Jadi dapat disimpulkan:
·    Makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH
·    Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH = 2

Contoh 1.1
Tentukan konsentrasi ion H+ dan pH dalam larutan H2SO4 0,1 M!

Penyelesaian :
    H2SO4       2 H+ + SO42-
[H+]    = x . [HA]
        = 2 . 0,02
        = 0,04 M
pH = -log [H+]
pH = -log 0,04
pH = 2 -log 4


b.    Mengukur pH Larutan

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur pH larutan, yakni dengan menggunakan indikator, indikator universal, dan pH meter.

1.    Indikator

Indikator adalah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terioniasasinya. Untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume yang ditambahkan dari buret ke asam ke dalam labu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam basa ke dalam larutan asam saat awal titrasi. Pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (kuat atau lemah).

Kimia merupakan ilmu yang dekat dengan kehidupan sehari – hari. Indikator asam dan basa dapat diperoleh dari bahan – bahan alam disekitar kita. Banyak indikator asam basa adalah pigmen tumbuhan. Misalnya, mahkota bunga sepatu, kunyit, kol merah, dan kulit manggis. Ekstrak kunyit berwarna kuning, tetapi dalam larutan asam warna kuning dan kunyit akan menjadi lebih cerah. Jika beraksi dengan larutan basa, maka akan berwarna jingga kecokelatan. Dengan mendidihkan irisan kubis merah dalam air kita dapat mengekstrasikan pigmen yang menunjukkan berbagai warna pada berbagai pH.

Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek perubahan warna yang berbeda – beda. Dengan demikian dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan. Contoh suatu larutan dengan brom timol biru (6,0 – 7,6) berwarna biru dan dengan fenolflalein ( 8,3 – 10,0) tidak berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,6 – 8,3. Hal ini disebabkan jika brom timol biru berwarna biru, berarti pH larutan lebih besar dari 7,6 dan jika dengan fenolftalein tidak berwarna, berarti pH larutan kurang dari 8,3.












Gambar 1.3 Trayek perubahan pH pada indikator asam basa
Sumber : khairul-anas.blogspot.com


2.     Indikator Universal

    Alat yang sering digunakan dalam laboratorium adalah kertas indikator universal dan  pH meter. Indikator universal  dapat digunakan untuk mengukur pH larutan yang menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya. Penggunaan kertas indikator universal dilakukan dengan meneteskan larutan yang akan diukur pH- Nya. Kemudian warna yang timbul pada kertas indikator dibandingkan dengan suatu kode warna untuk menentukan pH larutan tersebut.

Tabel 1.3 Warna Indikator universal larutan


pH    Warna Universal Indikator    pH    Warna Universal Indikator      
1    Merah    1    Biru      
2    Merah lebih muda    2    Biru muda      
3    Merah muda    3    Ungu sangat muda       
4    Merah Jingga    4    Ungu muda      
5    Jingga    5    Ungu tua      
6    Kuning    6    Ungu tua      
7    Hijau    7    Ungu tua   

3.    pH Meter

Harga pH suatu larutan dapat diketahui dengan menggunakan pH- meter atau suatu indikator. pH meter merupakan suatu rangkaian elektronik yang dilengkapi suatu elektroda yang dirancang khusus untuk dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur. Bila elektroda kaca ini dimasukkan ke dalam larutan akan timbul beda potensial yang akan diakibatkan oleh adanya ion H+  dalam larutan. Besar beda potensial ini menunjukkan angka yang menyatakan pH larutan tersebut. pH-meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian   yang sangat tinggi.















Gambar 1.4. pH meter
Sumber: www.camlab.co.uk dan www.te2.com.au


Kegiatan 1.2    Menentukan pH larutan dengan menguji larutan dengan indikator

A.    Alat dan Bahan

Alat    :
1.    Tabung reaksi
2.    Pipet tetes
3.    Gunting

Bahan    :
1.    Indikator metil jingga
2.    Indikator metil merah
3.    Indikator bromtimol biru
4.    Indikator fenoflatein
5.    Kertas lakmus
6.    Larutan elektrolit A, B, C dan D

B.    Prosedur kerja
1.    Siapkan kertas lakmus merah dan biru lalu dipotong-potong menjadi ukuran yang kecil dan tetesi kertas lakmus dengan larutan elektrolit A
2.    Sediakan empat tabung reaksi
3.    Tuangkan 3mL larutan elektrolit A ke dalam masing-masing tabung reaksi dan tambahkan 3 tetes larutan indikator pada setiap tabung yaitu metil jingga pada tabung I, metil merah pada tabung 2, bromtimol biru pada tabung 3, dan fenoflatein pada tabung 4. Catat pengamatan anda dan perkiraan pH larutan A
4.    Dengan hal yang sama, lakukan pada elektrolit yang lain.
C.    Hasil Pengamatan
Buat dan lengkapi tabel dibawah ini pada buku kerja kalian dan buat laporan secara tertulis.


No    Indikator    Larutan      
        Warna Indikator    Harga pH      
1    Lakmus merah              
2    Lakmus biru              
3    Metil jingga              
4    Metil merah              
5    Bromtimol biru              
6    Fenoflatein              
7    Perkiraan harga pH           
               

1.3    Kekuatan Asam Basa

Asam dikatakan kuat atau lemah, tergantung apakah ionisasinya total atau parsial dalam larutan. Pada asam lemah perpindahan ion hidrogen ke air tidak berlangsung sampai selesai. Dengan demikian, asam lemah seperti asam asetat merupakan elektrolit lemah, kemampuannya untuk menghantarkan listrik tidak sebaik asam kuat karena ion – ion yang dikandungnya lebih sedikit. Larutan elektrolit yang dibedakan atas elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Larutan asam dan larutan basa juga merupakan larutan elektrolit yang dibedakan atas asam – basa kuat dan asam – basa lemah.

Asam dan basa merupakan zat elektrolit, sehingga asam dan basa dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah serta basa kuat dan basa lemah. Kemampuan suatu asama menghasasilkan ion H+ menentukan kekuatan asam zat tersebut.

Asam kuat ialah elektrolit kuat yang terionisasi sempurna dalam air. Kebanyakan asam kuat adaalah asam anorganik, asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam perklorat (HClO4), dan asam sulfat (H2­SO4).
   
HCl(aq) + H2O(l) " H3O+(aq) + Cl-(aq)
HNO3(aq) + H2O " H3O+ (aq) + NO-3(aq)
HClO4 (aq) + H2O(l) " H3O+ (aq) +  HClO-4 (aq)
H2SO4(aq) + H2O(l)   " H3O+ (aq) + H2SO-4 (aq)

Kebanyakan asam hanya terionisasi sedikit dalam air. Asam Seperti ini digolongkan ke asam lemah. Pada kesetimbangan, asam lemah mengandung campuran antara molekul asam yang tidak terionisasi, ion H3O+, dan basa konjugasi. Contoh asam lemah antara lain asam hidrofluorat (HF), asam asetat (CH3COOH), dan ion ammonium (NH4+). Kekuatan asam lemah bergantung pada derajat ionisasinya.

Basa kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutanya terion seluruhnya menjadi ion – ionnya di dalam air. Contohnya adalah KOH, NaOH, Ba(OH)2.

KOH(s)   " K+(aq) + OH-(aq)
NaOH(s) "  Na+ (aq) + OH-(aq)
Ba(OH)2 " Ba2+(aq) + 2OH-(aq)

Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya  hanya sedikit terionisasi menjadi ion – ionnya,

NH3(aq) + H2O(l)                  NH4+(aq) + OH-(aq)

Jumlah ion H+  atau ion OH- yang dihasilkan ditentukan oleh nilai derajat ionisasi (α). Derajat ionisasi (α) adalah perbandingan antara jumlah mol zat yang terionisasi dengan jumlah mol mula-mula. Derajat ionisasi (α) dirumuskan sebagai berikut.
α=



dengan:     α = derajat ionisasi
        n = jumlah mol……………………………………… (mol)

Asam dan basa yang mempunyai derajat ionisasi besar (mendekati 1) merupakan asam dan basa kuat, sedangkan asam dan basa yang derajat ionisasinya kecil (mendekati 0) disebut asam dan basa lemah. Asam dan basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedangkan asam dan basa lemah merupakan elektrolit lemah. Selain itu, kekuatan asam dan basa dapat dinyatakan oleh tetapan kesetimbangannya, yaitu tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).

1.    Tetapan ionisasi asam  (Ka)

Suatu larutan asam HA terionisasi dalam air dengan derajat ionisasi sebesar α menurut persamaan reaksi berikut.
   
HA (aq)        H+ (aq) + A- (aq)

Jika:
[HA] Mula-mula        = Ma   
    Derajat ionisasi HA        = α
    HA terionisasi        = Ma . α
    HA sisa             = Ma – Ma. α
Karena larutan asam HA bersifat encer, maka tetapan ionisasi asam (Ka) dapat dirumuskan sebagai berikut.
Ka =

               


dengan:     Ka    = tetapan ionisasi asam
[H+]    = molaritas H+ …………….. (M)
[A-]    = molaritas A- ……………… (M)
[HA]    = molaritas HA……………... (M)

Karena [H+] = [A-] (koefisien sama), dan [HA] mula-mula (derajat ionisasi HA sangat kecil) maka:

                Ka     = 

                [H+]2    = Ka . Ma
[H+]    =

   

       
Apabila persamaan di atas diselesaikan dengan mensubstitusikan α pada [H+] maka akan diperoleh nilai α seperti berikut.

HA (aq)          H+ (aq) +   A- (aq)
Ma               Ma . α     Ma . α

karena [H+] = Ma . α dan (HA) = Ma

            [H+]    = 
   
            Ma . α    = 

                     α = 
α =
   
           


dimana:    Ma = konsentrasi asam lemah
        Ka = tetapan ionisasi asam lemah

Untuk asam kuat nilai pembagi sangat kecil sehingga nilai Ka sangat besar dan posisi kesetimbangan berada di sebelah kanan (hasil reaksi). Pada asam kuat, misal HCl, molaritas ion H+ dalam larutan sama dengan molaritas asam (Ma) dikalikan dengan jumlah atom H+ yang dilepas (valensi asam = a). Secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut.

[H+] = a x Ma




dengan:    a     = valensi asam
        [H+]    = molaritas H+ ………… (M)
        Ma     = molaritas asam ………… (M)

Contoh 1.2

Tentukan konsentrasi ion H+ dan derajat ionisasi dalam larutan CH3COOH 0,01 M jika diketahui harga Ka = 1,8 x 10-5.

Jawab:  CH3COOH (aq)         H+ (aq) + CH3COO – (aaq)
   
a.    [H+]    =              b.  α    = 

            =              = 

            =                  = 0,042

            = 4,2 x 10-4   


2.    Tetapan ionisasi basa

Suatu larutan basa B terionisasi dalam pelarut air dengan derajat ionisasi sebesar (α) menurut persamaan reaksi berikut.

MOH (aq) " M+(aq) + OH- (aq)

Jika:
[MOH] Mula-mula        = Mb   
    Derajat ionisasi HA        = α
    HA terionisasi        = Mb . α
    HA sisa             = Mb – Mb. α

Konstanta kesetimbangan ionisasi basa lemah diberi simbol Kb.
               
Kb =





Karena [M+] = [OH-] (koefisien sama), dan [MOH] sisa = [MOH] mula-mula (derajat ionisasi MOH sangat kecil) maka:

                Kb     = 

                [OH-]2    = Kb . Mb
[OH -]    =
   
               

degan cara yang sama seperti pada asam lemah akan diperoleh:
α =

           


    Untuk basa kuat nilai pembagi sangat kecil sehingga nilai Kb sangat besar dan posisi kesetimbangan berada di sebelah kanan (hasil reaksi). Pada basa kuat, misal NaOH, molaritas ion OH - dalam larutan sama dengan molaritas basa (Mb) dikalikan dengan jumlah atom OH- yang dilepas (valensi basa = b). Secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut.
[OH-] = b x Mb




dengan:    b     = valensi asam
        [OH-]    = molaritas OH- ………… (M)
        Mb     = molaritas basa ………… (M)

Contoh 1.3

Tentukan konsentrasi ion OH- dari larutan NH4OH 0,2M jika diketahui Kb NH4OH = 1,8 x 10-5.

Jawab:
    [OH -]    = 

            = 
       
            = 

            = 1,89 x 10-3 M
Contoh 1.4

Tentukan pH larutan 0,1 M CH3COOH jika derajat ionisasinya 0,01.

Jawab:
        [H+]    = α . a
            = 0,01 . 0,1
            = 10-3

        pH    = - log [H+]
            = - log 10-3
            = 3

Contoh 1.5

Tentukan pH larutan amoniak (NH4OH) 0,4 M bila Kb amoniak adalah 1,0 x 10 -5!

Jawab:   
        NH4OH (aq)         NH4+ (aq) + OH- (aq)

    [OH -]    = 
        = 
        = 
        = 2 x 10-3

    pOH    = - log 2 x 10-3
        = 3 – log 2

    pH    = 14 – pOH
        = 14 – (3 – log 2)
        = 11 + log 2
        = 11,30


Contoh 1.6

Tentukan harga pH larutan H2SO4 0,01 M!

Jawab:

    Reaksi ionisasi:    H2SO4 (aq) " 2 H+ (aq) + SO42—(aq)
                0,01 M            0,02 M     0,01 M

    [H+]    = a . Ma
        = 2 x 0,01 M
        = 2 x 10 -2 M

    pH    = - log [H+]
        = - log 2 x 10-2
        = 2 – log 2
        = 2 – 0,30
        = 1,70

Contoh 1.7

Tentukan harga pH larutan NaOH 0,05 M!

Jawab:
    Reaksi ionisasi:  NaOH (aq) " Na+ (aq) + OH – (aq)
                  0,05 M               0,05 M   0,05 M

    [OH-]     = b. Mb
        = 1 . 0,05 M
        = 5 x 10 -2

    pOH    = - log 5 x 10-2
        = 2 – log 5

    pH     = 14 – pOH
        = 14 – (2 – log 5)
        = 12 + log 5
        = 12 + 0,70
        = 12,70
Contoh 1.8

Tentukan pH larutan jika 17,1 gram Ba(OH)2 dilarutkan dalam air sehingga volume larutan menjadi 500 mL! (Ar Ba = 137; O = 16; H = 1)

Jawab:
    [Ba(OH)2]     = 
   
            = 0,2 M

    Ba(OH)2  "  Ba2+ + 2OH-
    0,2 M          0,2 M   0,4 M

    [OH-]     = 0,4 M
   
    pOH    = - log 0,4
        = - log 4 x 10-1
        = 1 – log 4

    pH     = 14 – pOH
        = 14 – (1 – log 4)
        = 13 + log 4
        = 13 + 0,60
        = 13,60


1.4    Reaksi Asam Dan Basa Dalam Larutan

1.    Reaksi antara Asam dengan Basa

Jika larutan asam dan basa dicampur, maka ion H+ dari asam dan ion OH- dari basa akan bergabung membentuk molekul air, sedangkan anion dari asam dan kation dari basa akan berikatan membentuk senyawa garam. Karena hasil reaksi antara asam dengan basa membentuk air yang bersifat netral, maka reaksi tersebut disebut reaksi penetralan. Tetapi karena reaksi tersebut juga menghasilkan garam, maka reaksi tersebut juga sering dikenal dengan sebutan reaksi penggaraman.

Asam + Basa    " Garam + Air

Contoh:
1.    HCl + NaOH    " NaCl + H2O
2.    H2SO4 + 2 NH4OH " (NH4)2SO4 + 2 H2O
3.    2 CH3 COOH + Ba (OH)2  "  (CH3COO)2Ba + 2 H2O

a.    Asam Kuat dan Basa Kuat

Reaksi penetralan asam kuat dan basa kuat menghasilkan garam yang bersifat netral. Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka iom H+ dari HCl akan bereaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk air (H2O). Reaksi ini disebut reaksi penetralan. Sementara, Cl- dari HCl akan bereaksi dengan ion Na+ dari NaCl membentuk garam NaCl.

HCl(aq)        +      NaOH(aq)          "     NaCl(aq)           +          H2O(1)
Asam kuat         basa kuat        garam (netral)   air


Reaksi ionisasinya adalah :

H+(aq) + Cl- (aq) + Na+ (aq) + OH- (aq) " Na+ (aq) + Cl- (aq) + H2O (aq)

b.    Asam Lemah dan Basa Kuat

Jika asam lemah CH3COOH dicampurkan dengan basa kuat NaOH, maka akan dihasilkan garam CH3COONa yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah:

CH3COOH(aq) + NaOH(aq)    "        CH3COONa(aq)         +       H2O(1)
    Asam lemah        basa kuat        garam (bersifat basa)          air

Karena CH3COOH merupakan asam lemah maka akan mengion sebagian, sedangkan NaOH akan mengion sempurna. Reaksi ionnya dapat dituliskan sebagai berikut :

CH3COOH (aq) + Na+(aq) + OH-(aq)  " CH3COO(aq) + Na+(aq) + H2O(1)


c.    Asam Kuat dan Basa Lemah

Perhatikan apa yang terjadi bila asam kuat, seperti HCl, dan ammonia, NH3, suatu basa lemah dicmpur dalam larutan air. Maka akan dihasilkan garam NH4Cl yang bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah:

NH4OH(aq)   + HCl(aq)        "   NH4Cl(aq)       +         H2O(l)
Basa lemah     Asam Kuat          Garam (bersifat asam)  air

NH4OH terurai sebagai dalam larutannya:
     
NH4OH(aq) + H+(aq) + Cl-(aq)  "  NH4+(aq) + Cl-(aq)  + H2O(l)

Maka reaksi ion bersihnya adalah :
   
NH4OH(aq) + H+(aq) "  NH4+(aq)+ H2O(l)

d.    Asam Lemah dan Basa Lemah

Jika asam lemah CH3COOH dicampurkan dengan basa lemah NH4OH, maka akan terbentuk garam NH4CH3COO dan air. Reaksi yang terjadi adalah:

CH3COOH(aq) + NH4OH(aq)           "    NH4CH3CO(aq)   +  H2O(1)
basa lemah        asam lemah      garam               air
Karena asam CH3COOH dan basa NH4OH bersifat lemah, maka reaksi ion bersihnya tidak ada. Reaksi penetralan asam lemah dan basa lemah dapat menghasilkan garam yang bersifat asam, basa, atau netral. Hal ini bergantung dari kekuatan relalif asam lemah dan basa lemah tersebut, yang dinyatakan oleh perbandingan tetapan ionisasinya Ka dan Kb.

2.    Reaksi antara Oksida Basa dengan Asam

Reaksi antara oksida basa dengan asam akan menghasilkan garam dan air. Bila air diuapkan maka akan dihasilkan garam yang mempunyai sifat yang berbeda dari reaktan. Contoh:

MgO (s) + 2 HCl(aq)  " MgCl2 (aq) + H2O(l)
Al2O3 (s) + 6 HI (aq)  " 2 AlI3 (aq) + 3 H2O(l)

3.    Reaksi antara Basa dengan Oksida Asam

Bila oksida asam direaksikan dengan larutan basa dengan perbandingan tertentu, akan dihasilakan senyawa garam dan air. Oksida asam adalah senyawa pembentuk asam bila bereaksi dengan air.

Contohnya adalah reaksi antara KOH dengan SO3.

KOH(aq) + SO3(g) "  K2SO4 (aq) + H2O (l)

4.    Reaksi yang menghasilkan gas CO2

Garam karbonat jika direaksikan dengan asam kuat encer akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2), air dan garam lain.

Contoh:

Na2CO3 (aq) + HCl(aq) "  2 NaCl(aq) + H2O (l) + CO2 (g)

5.    Reaksi Logam dengan Asam

Logam-logam selain logam mulia, yiaut Cu, Hg, Ag, Pt, dan Au jika direaksikan dengan asam kuat encer (misalnya H2SO4 dan HCl) akan menghasilkan garam dan gas hidrogen.
Contoh:

Mg(s) + H2SO4 (aq)  "  MgSO4 (zq) + H2(g)


6.    Reaksi pengendapan

Beberapa reaksi larutan elektrolit dapat menghasilkan endapan. Endapan tersebut merupakan senyawa elektrolit garam atau basa yang sukar larut dalam air. Reaksi pengendapan ini dapat berupa reaksi antara dua jenis larutan garam, reaksi suatu larutan asam dengan suatu larutan garam, dan reaksi suatu larutan basa dengan suatu larutan garam.

Untuk mengetahui apakah suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak, harus diketahui kelarutan zat yang akan terjadi. Perhatikan contoh reaksi berikut.

2 NaI + Pb (NO3)2 " Pbl2(s) + 2 NaNO3

Pada reaksi tersebut akan dihasilkan endapan PbI2.  Berikut merupakan zat-zat yang sukar larut dan mudah larut.
1.    Hampir semua asam larut, kecuali H­2S dan H2SiO3.
2.    Sebagian besar basa sukar larut, kecuali basa golongan IA, yaitu NaOH, KOH, LiOH, RbOH, dan CsOH.
3.    Garam nitrat, asetat, klorat, dan perklorat mudah larut.
4.    Garam klorida, bromide, dan ionidia mudah larut, kecuali AgCl, AgBr, PbBr2, Hg2Br2, Agl, Pbl2, Hg2I2, dan Hgl2.
5.    Garam fluorida mudah larut, kecuali MgF2, CaF2, SrF2, dan BaF2.
6.    Garam sulfat mudah larut, kecuali SrSO4, BaSO4, PbSO4 dan HgSO4.
7.    Garam sulfide sukar larut, kecuali sulfide golongan IA, sulfida golongan IIA, dan (NH4)2S.


Latihan 1.1
1.    Suatu larutan asam memiliki pH 3. Tentukanlah nilai pOH dalam larutan tersebut.

2.    Diketahui data pH dari 0,5M larutan asam sebagai berikut

No    1    2    3    4    5      
Asam    HA    HB    HC    HD    HE      
pH    5,8    4,5    1,0    8,1    3,0   
Berdasarkan data diatas, tentukanlah larutan yang paling asam.

3.    Jika diketahui konsentrasi ion OH dalam larutan NaOH sebesar 5.10-12. Tentukanlah konsentrasi ion H+.

4.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan pH.

5.    Larutan KOH memiliki konsentrasi sebesar 4.10-3M, tentukanlah nilai pH-nya!

6.    Larutan asam formiat (HCOOH) 0,1 M mengalami ionisasi 6%. Tentukanlah harga Ka asam tersebut.

7.    Sebanyak 3,42gram Ba(OH)2 (M = 171) dilarutkan dalam 250mL larutan. Berapakah harga pH larutan tersebut.

8.    Larutan 0,1 M NaOH 10 mL mempunyao derajat ionisasi x. Jika larutan tersebut ditambah air menjadi 100mL, derajat ionisasinya menjadi. . .

9.    Larutan asam lemah HA sebanyak 500 mL (Ka = 3,2.10-5) mempunyai pH 3-log 4. Massa asam HA (M, = 60) yang terlarut adalah. . .

10.    Hitunglah  pH dari :
a.    HCl 0,25 M
b.    HNO3 0,50 M
c.    NaOH 0,2 M
d.    Ca (OH)2 0,4 M


2.    Teori Asam Basa Bronsted-Lowry.

Menurut teori asam basa Arrhenius bahwa asam merupakan senyawa jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+ dalam larutan, sedangkanbasa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH- dalam larutan. Teori asam basa Arrhenius mempunyai kelemahan untuk menjelaskan fakta-fakta baru yang ditemukan. Dalam kenyataan di alam ternyata ada fakta yang tidak mematuhi aturan Arrhenius tersebut, antara lain:

1.    Gas HCl dan gas NH3 dapat langsung berekasi membentuk NH4Cl.
HCl(g) + NH3(g)" NH4Cl(s)

2.    Larutan Na2CO3 jika dites dengan indikator menunjukkan sifat basa padahal dalam senyawa tersebut tidak mengandung ion OH-.

Oleh karena itu perlu ada teori asam-basa yang baru yang lebih mampu menjelaskan fenomena reaksi kimia. Menanggapi kekurangan teori asam-basa Arrhenius tersebut, pada tahun 1923, seorang ahli dari Denmark bernama Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry mengembangkan konsep asam-basa berdasarkan serah-terima proton (H+). Asam akan memberikan proton (H+) kepada suatu basa, sedangkan basa akan menerima proton (H+) dari asam. Konsep asam-basa berdasarkan serah-terima proton ini dikenal dengan konsep asam basa Bronsted-Lowry.


 Perhatikan contoh berikut.

NH4+(aq) + H2O "NH3(aq) + H3O+(aq)
Asam     Basa

H2O(1) + NH3 (aq) "NH4+(aq) + OH­- (aq)
Asam    Basa

Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa (akseptor proton). Zat seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter). Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat berupa kation atau anion. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.

Asam dan basa terdapat sebagai pasangan asam-basa konjugasi. Salah satu contohnya adalah CH3COOH dan CH3COO-, dimana CH3COO- adalah basa konjugasi dari CH3COOH dan CH3COOH adalah asam konjugasi dari  CH3COO-. Pasangan asam dan basa konjugasinya, dan basa dengan asam kojugasinya masing-masing disebut juga pasangan asam dan basa kojugasi.

Pasangan asam basa konjugasi HA/A-



HA    +    H2O         A-     +     H3O
asam                 basa               basa konjugasi   asam konjugasi


Pasangan asam basa konjugasi B/BH-



B        +    H2O         BH+     +     OH-
basa                     asam               asam konjugasi  basa konjugasi







Tabel 1.4 Pasangan asam basa konjugasi
   

HClO4    ClO4-      
H2SO4    HSO4-      
Hl    I-      
HBr    Br­‑      
HCl    Cl      
HNO3    NO3      
H3O+    H2O      
HSO4    SO42-      
H2SO3    HSO3      
H3PO4    H2PO4      
HF    F-      
CH3COOH    CH3COO-      
H2CO3    HCO3      
H2S    HS-      
HClO    ClO      
HBrO    BrO      
NH4+    NH3      
HCN    CN      
HCO3    CO32-      
H2O2    HO2      
Asam Lemah
HS    Basa Kuat
S2-      
H2O    OH      
OH    O2-   

Contoh 1.9 

Tentukan pasangan konjugasi pada reaksi berikut

HSO4-(aq)    + CO32-(aq)        SO42-(aq)   +     HCO3-(aq)

Jawab:
Transfer proton yang terjadi adalah :

HSO4-(aq)    +     CO32-(aq)            SO42-(aq)      +     HCO3-(aq)
Asam        Basa               Basa konjugasi    Asam konjugasi
Pasangan konjugasi HSO4- dan SO42-

Pasangan konjugasi CO32- dan HCO3-


       
Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi baik sebagai asam maupun sebagai basa tergantung dari kondisi reaksi sehingga disebut amfoter. Contoh yang paling umum adalah air itu sendiri. Air berfungsi sebagai asam dengan memberikan ion hidrogen kepada NH3 (OH- berfungsi sebagai asam konjugasi) dan sebagai basa dengan menerima ion hidrogen dari CH3COOH (H3O+ sebagai asam konjugasi). Dengan cara yang sama ion hidrogen karbonat dapat berfungsi sebagai asam.

HC3O+(aq) + H2O(1)          H3O+ (aq) + CO32-(aq)

Atau sebagai basa

HC3O+(aq) + H2O(1)         H2CO(3)(aq) + OH-(aq)

Latihan 1.2

1.    Diketahui reaksi sebagai berikut
H2O + CO32- 1  OH- + HCO3-
Tentukan pasangan asam basa menurut Bronsted-Lowry pada reaksi diatas!

2.    Perhatikan reaksi berikut.
HCO2H + PO43- 1  HCO2- + HPO42-
Menurut Bronsted-Lowry, basa konjugasi pada reaksi di atas adalah?

3.    Tentukan konsep dasar asam basa menurut Bronsted-Lowry!

4.    Tentukanlah basa konjugasi dari asam berikut:
a.    HF        c. H2SO4
b.    HNO3        d. NH4+

5.    Tentukanlah asam konjugasi dari masing-masing basa berikut:
a.    OH-        c. NH2-
b.    H3O+        d. NH3


3.    Teori Asam Basa Lewis

    Konsep asam – basa menurut Bronsted – Lowry mempunyai keterbatasan yaitu dalam menjelaskan reaksi – reaksi yang melibatkan senyawa tanpa proton (H+). Misalnya reaksi antara oksida basa, Na2O dan oksidasi asam SO3 yang membentuk garam Na2SO4, dan reaksi antara senayawa NH3 dan BF3 dan beberapa reaksi yang melibatkan senyawa kompleks.

Na2O(s) + SO3(g)  " Na2SO4(s)

Pada tahun 1924, G.N Lewis, mengemukakan konsep asam dan basa. Menurut Lewis asam merupakan senyawa yang menerima pasangan elektron dari senyawa lain sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi. Contohnya antara lain BF3 dan FeCl3. Basa merupakan senyawa yang dapat memberi pasangan elektron, contohnya NH3, H2O, dan CN-.  (donor pasangan elektron)  dan suatu asam Lewis merupakan jenis asam yang menerima pasangan sepasang elektron (akseptor pasangan elektron). Salah satu contohnya adalah reaksi antara BF3 dan NH3.















Gambar 1.5 Gilbert Newton Lewis
Sumber: www.osulibrary.oregonstate.edu

Pada reaksi tersebut BF3 bertindak sebagai asam, sedangkan NH3 bertindak sebagai basa. Perhatikan reaksi berikut ini.














 Pada reaksi kedua H2O bertindak sebagai basa, sedangkan CO2 bertindak sebagai asam. Teori asam basa Lewis lebih luas daripada teori asam basa Arrhenius dan teori asam basa Bronsted – Lowry. Hal ini disebabkan teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut air, pelarut selain air, bahkan tanpa pelarut, teori lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa tanpa melibatkan transfer proton (H+) seperti reaksi antara NH3 dan BF3.

Secara umum dalam teori asam basa Lewis, seluruh interaksi antara asam dan basa akan melibatkan ikatan kovalen koordinat. Asam Lewis zat yang dapat menerima sepasang elektron untuk membentuk ikatan kovalen. Contoh (H+) dan BF3. Basa lewis zat yang mendonorkan sepasang elektron untuk membentuk ikatan kovalen. Contoh Cl, NH3 dan H2O.

B.    APLIKASI KONSEP pH DALAM PENCEMARAN

Tidak sekedar menjawab rasa haus, air yang kita komsumsi harus memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan intraselular dan ekstraselular. Sesuai namanya, yang intraselular adalah cairan di dalam sel yang memungkinkan sel berfungsi. Sedangkan yang ekstraselular merendam sel – sel, mengalirkan nutrisi, sel dan produk buangan melewati jaringan – jaringan dalam tubuh.

Bumi sebenarnya menyediakan banyak sekali sumber air. Ada air permukaan ( sungai, danau, laut), air angkasa (air hujan, salju) ada pula air tanah (ada air tanah dangkal, selain yang dalam). Hanya saja, tak beda dengan produk yang berjajar di toko, masing – masing mempuyai kualitasnya sendiri. Yang paling rentan pencemaran air permukaan.

Fakta berbicara, air bening belum tentu sehat. Mineral yang dibutuhkan bagi kesehatan tubuh itu, dalam kadar yang tidak pas bisa menjadi malapetaka. Sebagai Contoh, kandungan mangan (Mn) yang pas berguna dalam mengaktifkan sejumlah enzim dalam tubuh, namun kandungan diatas 0,5 mg/L dapat menyebabkan rasa aneh, meninggalkan noda kecoklatan pada cucian, dan yang paling gawat, dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Seng (Zn) dalam jumlah kecil merupakan unsur penting dalam metabolisme sehingga kalau anak kekurangan seng, pertumbuhan bisa terhambat. Namun, terlalu banyak seng akan menyebabkan rasa pahit dan sepet pada air minum.

pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada rentang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.

Sebagai contoh, danau Toba. Berbagai jenis ikan, tumbuhan, bahkan masyarakat disekitar danau Toba bergantung pada kualitas airnya. Kondisi air danau toba belakangan ini sangat marak di bicarakan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas airnya. Masalah utama saat ini adalah terjadinya penurunan kualitas air danau toba akibat meningkatnya aktivitas manusia disekitar danau toba, misalnya perusahaan-perusahaan, keramba ikan, maupun limbah rumah tangga. Saat ini, air danau toba menunjukkan pH air sudah berada di level 8,5 dalam skala 6 – 9 (Tribun Medan , Juni 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa kehidupan makhluk hidup yang terdapat pada ekosistem danau Toba akan terganggu jika kualitas air danau terus menurun.

Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.

Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap “gangguan” terhadap pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal itu telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.













b
a


Gambar 1.6  a. Salah satu sisi pandang kawasan danau Toba b. Keramba ikan di danau Toba
Sumber: www.simataraja.info dan www.suara-aktualita.com  

Pada teorinya, jika pH lebih rendah dari 6 maka perlu ditambahkan kalsium karbonat (CaCO3) atau sering disebut kapur, atau bisa ditambahkan sedikit garam agar pH naik. Apabila pH lebih tinggi dari 8 bisa diturunkan dengan daun ketapang kering yang dimasukkan ke dalam kolam. Jika air telah berwarna kecoklatan berarti pH telah stabil. Namun apakah hal ini bisa dilakukan untuk kawasan seluas danau Toba? Untuk itu mari kita jaga kelestarian danau Toba.

Rabu, 12 Desember 2012

CHEM SKETCH

Chem Sketch adalah suatu soft ware yang mempermudah meggambarkan struktur molekul dalam 3 dimensi. dengan chem sketch kita dapat membuat kimia mejadi pelajaran yang sangat menarik.

Beberapa contoh chem sketch :

utuk medowload soft ware ini, silahkan klik
http://www.acdlabs.com/resources/freeware/

MINI RISET KURIKULUM KIMIA SMP



ABSTRAK
Sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran kimia, sarana sekolah, persiapan guru dalam mengajar serta menganalisis silabus dengan materi ajar kimia dan keterlibatan PKS dalam memeriksa kesiapan mengajar. Dari analisa angket dapat diketahui bahwa minat belajar siswa sangat kurang. Kekurang variasi metode pembelajaran yang digunakan tidak mampu menarik minta siswa. Sarana dan prasarana sekolah juga sangat kurang.ini membuat siswa kebingungan dalam mencari sumber belajar.
 Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Prasarana dan sarana diibaratkan sebagi motor penggerak yang dapat berjalan dengan kecepatan sesuai dengan keinginan oleh penggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar.




PENDAHULUAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan (Zulharman, 2007).
Sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah (Dhanay, 2009).
Dari data statistic HDI (Human Development Index) terdapat 60% guru SD, 40% SLTP, 43% SMA, dan 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya (Suwar, 2007). Mutu guru Indonesia yang masih rendah ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan negeri ini. Masih banyak ditemukan guru yang belum memiliki kemampuan memilih pendekatan dan metode yang tepat dalam pembelajran.
Sesungguhnya secara formal meluluskan siswa seratus persen itu tidak pernah ada. Tetapi guru-guru sepertinya mengalami tekanan psikologis secara halus untuk meluluskan siswanya seratus persen setiap tahun. Karena guru sering didekati oleh sementara orangtua murid agar anaknya dapat dibantu untuk lulus. Karena itu, sering siswa itu nilainya dikatrol oleh guru bukan didapatkan oleh murid sendiri melalui ulangan umum atau ujian akhir. Sebagai seorang guru hal ini memang menjadi suatu pertanyaan dan permasalahan yang memerlukan solusi yang baik, selain guru bertugas mentransfer ilmu mereka juga mengemban amanat untuk membimbing dan mendidik akhlak dan kebiasaan siswa karena menurut agama menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap manusia. Mulai dari mereka masih di ayunan sampai kelak ke liang lahat. Disamping itu bila sebagian besar nilai hasil belajar siswa tidak sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut Belum Berhasil dalam menunaikan tugasnya sebagai guru.
Belajar kimia sangat erat kaitannya dengan eksperimen sesuai dengan karakter ilmu kimia sebagai eksperimen sesuai dengan karakter ilmu kimia sebagai experimental science. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam belajar ilmu kimia, yakni ilmu kimia sebagai hasil temuan para ahli seperti prinsip, hokum, dan teori, serta kimia sebagai proses berupa kerja ilmiah.
Penelitian Marlon (2008) mengemukakan bahwa efektivitas pembelajaran dengan metode praktikum 55,56% baik untuk kelompok tinggi dan kelompok rendah. Melakukan praktikum mengenai suatu materi pelajaran akan meningkatkan penalaran siswa terhadap materi tesebut. Penalaran ini berguna untuk meningkatkan kemampuan dan daya sensitive siswa terhadap teknologi. Siswa dapat mengembangkan daya kreativitasnya ketika melakukan percobaan.
Sejumlah sekolah mulai berusaha menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengacu pada Standar Isi yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Sosialisasi dan pelatihan-pelatihan pun mulai diselenggarakan.  Namun, sejauh ini guru dan sekolah sebagai pelaksana masih meraba-raba penerjemahan kurikulum tersebut. Mereka juga khawatir kekurangan buku pegangan sebagai bahan ajar. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Sesuai dengan Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal ini berarti harus sesuai dengan target yang akan dicapai. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis pembelajaran dan materi ajar KTSP untuk mata pelajaran kimia kelas VII di MTsN 1 Model Medan.


















METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 1 Model Medan pada tanggal 16 s.d. 30 September 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan guru yang mengajar kimia MTsN 1 Model Medan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara purposive atau berdasarkan pertimbangan yaitu siswa kelas VII dan guru kimia yang mengajar di kelas tersebut. Jumlah seluruh siswa kelas VII adalah sebanyak 256 orang namun yang diambil sebagai sampel sebanyak 32 orang. Guru kimia di MTsN 1 Model Medan sebanyak 3 orang, tetapi yang peneliti jadikan sampel hanya 1 orang.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket dan wawancara. Instrumen angket diberikan kepada siswa dan wawancara diberikan kepada guru kimia. Angket siswa berisi tentang ketertarikan siswa kepada pelajaran kimia, penggunaan sarana dan prasarana di sekolah, dan metoda pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sedangkan wawancara kepada guru berisi tentang minat siswa, sumber belajar siswa, sarana sekolah, media pembelajaran yang digunakan dan persiapan pengajaran.
Penskoran angket dilihat dari keterangan sampel dalam menjawab iya atau tidak dan disertai oleh alasannya memilih jawaban. Pengumpulan jawaban dibuat dalam bentuk persentase frekuensi jumlah siswa yang sebagai sampel. Wawancara dilakukan hanya dengan proses tanya jawab antara peneliti dengan guru kimia.
Peneliti juga mengadakan analisis materi ajar kimia. Ini bertujuan untuk meluhat kesesuaian silabus dengan buku yang digunakan oleh guru. Sehingga peneliti meminta silabus kepada guru.
Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1.    Menentukan populasi penelitian. Populasi penelitiannya adalah MTsN 1 Model Medan.
2.    Menentukan sampel penelitian. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas VII dan guru kimia MTsN 1 Model Medan.
3.    Menyebarkan angket kepada siswa yang sebagai sampel dan melakukan wawancara dengan guru kimia.
4.    Melakukan analisis data atas jawaban angket.
5.    Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
 Skema Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat disusun dalam bentuk skema penelitian sebagai berikut:




HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil angket
Setelah dilakukan penyebaran angket terhadap siswa kelas VII maka diperoleh data:


Keterangan:
Item 1 – 12 adalah pertanyaan:
1.    Apakah anda tahu apa itu ilmu kimia?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 53,13% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 37,50% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar9,38 % siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 53,13% siswa mengetahui tentang ilmu kimia dengan baik dengan ruang lingkup yang sangat sederhana.

2.    Apakah anda menyukai pelajaran kimia?
Sebesar 12,5% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 9,38% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 3,13% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 75% siswa  menyukai kimia karena kimia bukan merupakan pelajaran baru yang tidak begitu sulit dipahami bagi mereka.

3.    Apakah menurut anda pelajaran kimia itu menarik?
Sebesar 21,88% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 53,13% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 21,88% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 3,13% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 53,13% siwa menganggap kimia itu menarik karena ilmu itu berhubungan dengan kehidupan manusia.

4.    Apakah anda mempunyai buku pegangan pelajaran kimia?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 0% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 93,75% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 6,25% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 93,75% siswa memiliki buku pegangan. Buku pegangan kimia disediakan dari perpustakaan di sekolah.

5.    Bagaimana menurut anda tentang buku pegangan yang digunakan?
Sebesar 15,63% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 68,75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 15,63% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 68,75% siswa menganggap buku pegangan kimia yang mereka miliki baik karena kesesuaian isi buku dengan bahan ajar yang disampaikan oleh guru mereka.

6.    Bagaimana ketersediaan buku-buku kimia di perpustakaan sekolah anda?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 81,25% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 18,75% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 81,25% siswa menyatakan persediaan buku di perpustakaan sekolah adalah baik. Perpustakaan MTsN 1 Model Medan memiliki buku dengan jumlah yang besar. Perpustakaan ini merupakan salah satu perpustakaan yang terbaik diantara sekolah lainnya.

7.    Bagaimana proses belajar mengajar kimia di kelas anda?
Sebesar 37,50% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 59,37% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 3,13% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan : 59,37% siswa menyatakan proses belajar kimia berlangsung dengan baik. Karena pada saat guru mengajar hampir seluruh siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran tersebut.

8.    Bagaimana cara guru anda megajarkan kimia?
Sebesar 18,75% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 62,50% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 15,63% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 3,13% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 62,50% siswa menyatakan guru kimia mengajar dengan baik. Karena guru yang mengajarkan dianggap mengusai ilmu dan mengajar dengan penuh kesabaran.

9.    Apakah guru kimia anda pernah mengajar denga menggunakan media?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Sering)
Sebesar 6,25% siswa menjawab B (Sering)
Sebesar 93,75% siswa mejawab C (Jarang)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Tidak Pernah)
Kesimpulan: Guru jarang menggunakan media.

10.    Apakah anda memahami jika guru kimia anda menjelaskan pelajaran menggunakan media?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 93,75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 6,25 % siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 93,75% siswa mengeri jika guru kima mengajar dengan menggunakan media. Mereka bahkan lebih menyukai jika gurunya mengajar dengan media.

11.    Apakah anda pernah melakukan percobaan kimia di laboratorium sekolah?
Sebesar 0% siswa mejawab A (Sangat Sering)
Sebesar 0% siswa menjawab B (Sering)
Sebesar 100% siswa mejawab C (Jarang)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Tidak Pernah)
Kesimpulan: 100% siswa menyatakan mereka jarang melakukan percobaan kimia di Lab. IPA dikarenakan padatnya jadwal Lab IPA tersebut.

12.    Bagaimana fasilitas laboratorium kimia di sekolah anda?
Sebesar 6,25% siswa mejawab A (Sangat Baik)
Sebesar 75% siswa menjawab B (Baik)
Sebesar 18,75% siswa mejawab C (Cukup)
Sebesar 0% siswa menjawab D (Kurang)
Sebesar 0% siswa mejawab E (Buruk)
Kesimpulan: 75% Lab IPA yang dimilki dalam kondisi yang baik.

Dari hasil jawaban siswa dalam menjawab angket dapat kita ketahui minat belajar kimia siswa cukup baik karena mereka menganggap kimia merupakan pelajaran yang baru bagi mereka dan tidak terlalu sulit untuk dipahami. Kimia juga dianggap menarik bagi siswa karena guru dapat mengaitkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari. Prasarana dan sarana diibaratkan sebagi motor penggerak yang dapat berjalan dengan kecepatan sesuai dengan keinginan oleh penggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar.
Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang besar, mungkin dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar. Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh kepuasan terhadap belajar. Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa.

Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak sekolah yaitu guru kimia MTsN 1 Model Medan diperoleh data-data berikut:
1.    Minat belajar siswa akan pelajaran cukup baik embelajaran yang meskipun pembelajaran dilakukan dengan konvensional dan mereka mengaggap kimia itu berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2.    Siswa memiliki buku pegangan kimia yang memudahkan siswa memeahami materi ajar. Guru memberikan penjelasan tujuan yang akan dicapai ketika memulai pelajaran. Silabus yang digunakan brasal dari BSNP dan telah dikembangkan.
3.    Guru sebagai sumber belajar. Selain itu siswa mencari sumber belajar dari internet. Buku pegangan guru adalah buku IPA SMP Kelas VII penerbit Erlangga.
4.    Sekolah memiliki fasilitas laboratorium IPA dan perpustakaan. Areal sekolah cukup luas yang dilengkapi dengan laboratorium IPA, laboratorium Bahasa, laboratorium computer dan sebagainya. Hanya saja laboratorium kimia masih bergabung dengan Biologi dan Fisika dan didominasi oleh Biologi sehingga kesempatan melakukan percobaan di laboratorium tersebut sangat terbatas.
5.    Guru jarang menggunakan media terutama media computer karena ketersediaan LCD yang terbatas. Guru hanya menggunakan media sederhana seperti peta konsep yang dituangkan dalam karton warna-warni.
6.    Penyusunan prota, prosem dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang harus dikumpulkan minimal sebulan setelah PBM berlangsung,
7.    Kepala sekolah da WKM Kurikulum selalu memberikan anjuran atau saran jika terjadi kesalahan dalam pembuatan persiapan.
Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa guru dapat menyampaikan pelajaran kimia dengan baik, namun guru kurang mendapat kesempatan untuk mengajak siswa melakukan percobaan di Laboratorium IPA karena lebih didominasi oleh Biologi.
Pihak sekolah cukup memperhatikan persiapan mengajar guru. Pihak sekolah juga terus memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan.
Analisis Materi Ajar dan Silabus
Analisis  silabus ini dapat mencakup keseluruhan atau masing-masing komponen silabus seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam silabus tersebut.Secara sederhana analisis silabus dapat disamakan dengan penelitian karena analisis silabus menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara analisis dan penelitian terletak pada tujuannya. Analisis bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai silabus apakah akan direvisi atau diganti.
Materi kimia yang diajarkan di MTs kelas VII diajarkan masih tergolong materi yang tidak sulit untuk dimengerti. Untuk di semester I materi kimia yang diajarkan yaitu Asam, Basa dan Garam serta Unsur, Senyawa dan Campuran.
Silabus yang dibuat oleh guru MTsN 1 Model Medan belum mencerminkan KTSP. Didalamnya tidak ada tercantum tentang pemanfaatan fasilitas sekolah. Silabus KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
Siswa akan mudah memahami suatu materi pelajaran yang diajarkan apabila guru mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian atau benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa. Keterkaitan ini akan membuat daya ingat siswa terhadap materi yang diajarkan lebih tahan lama. Lingkungan dapat menjadi tempat kegiatan belajar. Di dalam kelas dapat dilakukan kegiatan meniru hal-hal yang ada di lingkungan.
Metode yang terdapat di dalam silabus sangat membosankan. Di dalam silabus guru menggunakan metode ceramah dan diskusi. Metode ceramah yang digunakan tidak akan mengembangkan pemikiran siswa, sedangkan metode diskusi hanya siswa aktif saja yang bekerja. Kurangnya variasi metode pembelajaran yang digunakan guru dapat membuat siswa merasa bosan dan jenuh terhadap pelajaran yang diajarkan.
Mutu guru di Indonesia yang masih cukupt rendah merupakan salah atu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di negeri ini. Masih banyak ditemukan guru-guru yang belum memiliki kemampuan memilih pendekatan dan metode yang tepat dalam pembelajaran. Padahal penggunaan pendekatan dan metode yang tepat sangat menentukan keberhasilan proses pengajaran dan hasil belajar.
Analisis materi ajar terhadap silabus yang digunakan perlu diadakannya revisi. Ada beberapa kekurangan dan ketidaksesuaian yang terdapat pada pengembangan silabus. Dengan adanya revisi diharapkan menjadi lebih baik dalam pembuatan persiapan mengajar. Persiapan mengajar yang baik akan menciptakan proses pembelajaran yang baik pula.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Minat siswa akan pelajaran kimia cukup baik. Mereka merasa pelajaran kimia itu tidak terlalu sulit untuk dimengerti dan berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2.    Sarana yang dimiliki cukup baik. Hal ini mampu membantu proses belajar-mengajar berlangsung dengan baik pula.
3.    Dalam pengembangan silabus, guru kurang mengembangkannya berdasarkan kurikulum KTSP. Pada silabus tidak terdapat hal mengarah ke kurikulum KTSP.

SARAN
Saran yang dapat saya berikan untuk pelaksanaan KTSP adalah:
1.    Pihak sekolah lebih memperhatikan pembangunan sarana di sekolah agar mudah mendapatkan sumber belajar guna meningkatkan kualitas siswa.
2.    Guru harus dapat menarik minat belajar siswa dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran.
3.    Pengembangan silabus harus berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Dhanay., (2009), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Error! Hyperlink reference not valid.
Suwar., (2001), Meningkatkan Mutu Guru Melalui Pemberdayaan Diri, http://www.octavianusz.blogspot.com/
Zulharman., (2007), Evaluasi Kurikulum: Pengertian, Kepentingan dan Masalah yang Dihadapi, Error! Hyperlink reference not valid.







Jumat, 07 Desember 2012

OBOR KIMIA

Siapa bilang kimia itu sangat menakutkan dan membosankan?
Beberapa eksperimen kimia justru sangatlah menarik.
Salah satunya aalah "OBOR KIMIA"


untuk lebih jelasnya, silahkan klik video berikut.
video_obor_kimia

Mari Berfilsafat

MARI BERFILSAFAT

Pada hakekatnya alam semesta ini tersusun dan dipenuhi oleh benda-benda, baik benda hidup maupun benda mati. Setiap benda hidup maupun benda mati merupakan zat yang terdiri dari unsur-unsur penyusun yang berbeda. Sesuatu dapat dikatakan sebagai zat apabila ia memiliki massa dan menempati ruang, baik itu zat yang berasal dari benda hidup (zat hidup) maupun zat yang berasal dari benda mati (zat mati).
Setiap zat memiliki struktur, sifat, dan energi yang berbeda. Suatu zat (benda) dapat dikatakan zat hidup apabila ia dapat memiliki struktur yang tampak jelas, sifat-sifat sebagai makhluk hidup (tumbuh, berkembang, beradaptasi, berkembangbiak, dsb.) serta memiliki energi untuk melakukan suatu usaha. Misalnya manusia dan hewan yang memiliki struktur fisik yang tampak jelas oleh indra kita, memiliki sifat yang mencirikan mereka sebagai makhluk hidup seperti mengalami pertumbuhan fisik, perkembangan fisik maupun mental serta mampu beradaptasi, dan juga memliki energi untuk melakukan suatu usaha seperti berpindah tempat (bergerak).
Suatu zat (benda) hidup memiliki struktur yang jelas yang selalu mengalami suatu perkembangan dan perubahan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal zat tersebut. Yang dimaksud dengan faktor internal disini adalah faktor genetis yang sudah merupakan faktor turunan atau bawaan yang akan selalu mempengaruhi struktur maupun perkembangan benda (zat) hidup. Misalnya saja pada manusia, seorang anak dapat tumbuh besar dan tinggi jika didalam tubuhnya memang terdapat faktor genetik besar dan tinggi (faktor internal). Namun seorang anak yang tidak memiliki faktor genetik juga dapat tumbuh besar dan tinggi jika ia mau berusaha seperti berenang dan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi (faktor eksternal).
Setiap benda (zat hidup) memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat mencirikan ia sebagai makhluk hidup seperti tumbuh, berkembang, mampu beradaptasi dan berkembangbiak. Sebagai suatu zat yag hidup sifat tumbuh dapat terlihat dari struktur benda (zat) hidup yang selalu dinamis. Misalkan pada manusia, dilahirkan sebagai bayi, kemudian tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, dan kemudian terus tumbuh dan berkembang menjadi orang tua.
Manusia juga mengalami perkembangan fisik maupun mental (psikis). Perkembangan fisik pada umumnya dipengaruhi oleh faktor genetis, namun perkembangan psikis pada manusia biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya. Jika manusia itu berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi pribadi yang baik pula. Namun jika ia berada di lingkungan yang buruk, ia pun akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang buruk pula. Dalam hal ini yang dikatakan baik dan buruk adalah kualitas manusia tersebut bukan kuantitasnya. Yang dimaksud dengan kualitas dapat berupa karakter ataupun kepribadian manusia itu. Sebagai contoh, seorang anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan saling menghargai cenderung tumbuh menjadi anak yang menyayangi sesama dan berbudi pekerti. Namun, seorang anak yang tumbuh di lingkungan penuh konflik biasanya akan tumbuh menjadi anak yang nakal dan suka menciptakan suatu konflik pula. Sebagai contoh, seorang anak yang tumbuh dilingkungan yang suka bermain judi memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi seorang penjudi pula jika dibandingkan dengan seorang anak yang tumbuh di lingkungan yang baik.
Benda (zat) hidup adalah sesuatu yang memiliki energi untuk melakukan suatu usaha seperti bergerak atau berpidah tempat. Untuk melakukan suatu pergerakan dibutuhkan suatu energi dan makhluk hidup mampu melakukan perpindahan karena memiliki sejumlah energi.  Misalnya saja manusia dapar bergerak bebas, berlari-lari, berlompat sekehendak hatinya karena memang manusia memiliki energi untuk melakukan hal itu.
Suatu benda (zat) mati tidak memiliki struktur, sifat maupun energi yang sama sebagaimana yang dimiliki zat hidup. Benda (zat) mati memang memiliki struktur yang jelas tampak namun struktur tersebut bersifat statis dan tidak mengalami pertumbuhan maupun perkembangan. Zat mati dan tak hidup juga tidak memiliki energi sebagaimana yang dimiliki oleh zat hidup. Misalkan saja pada kursi, kursi hanya akan berpindah tempat jika didorong oleh manusia sebagai zat hidup. Itu artinya kursi tidak memiliki energi untuk melakukan suatu usaha. Oleh karena itu suatu benda (zat) hidup yang memiliki struktur yang tak lagi dinamis (statis), tidak lagi mempunyai sifat yang mencirikannya sebagai benda (zat) hidup dan tak ladi memiliki energi dapat dikatakan benda (zat) yang telah mati atau zat mati.

Jumat, 30 November 2012

STOIKIOMETRI

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia).
Stoikiometri meliputi Konsep Mol dan Perhitungan Kimia.

Untuk lebih jelas, silahkan lihat powerpoint berikut.

<iframe width="420" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/PW8QyWcscE0" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Sabtu, 03 November 2012

PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

PENDAHULUAN

Secara umum laboratorium adalah tempat melakukan berbagai percobaan atau penelitian. Dalam melakukan percobaan di laboratorium digunakan peralatan dan bahan kimia yang sifatnya belum kita pahami atau kita kenal sama sekali. Bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan keracunan, kebakaran, ledakan atau bahaya-bahaya lain yang mungkin juga belum kita pahami. Dalam bekerja di laboatorium tentu saja kita mempunyai target atau tujuan namun hendaknya untuk mencapai target tersebut keselamatan tidak kita abaikan. Hal yang diinginkan adalah dinamika laboratorium yang tinggi namun tidak terjadi kecelakaan (zero accident). Maka untuk mencapai hal tersebut diperlukan manajemen laboatorium yang baik.
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA dapat berupa bahan kimia, bahan alami (berupa benda dan makhluk hidup). Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia yang kurang berbahaya seperti aquadest, amilum, yodium dan gula.
Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium.









ISI
Dalam bekerja di Laboratium sebaiknya diasumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di Laboatorium adalah berbahaya.  Jenis bahaya diakibatkan karena kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda – beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemichal), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Pada laboratorium tempat observasi bahwa bahan - bahan diurutkan secara alfabetis yang dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Menurut loboran tempat observasi, mengatakan bahwa bahan kimia cair dipisahkan dengan bahan kimia yang padat dimana bahan kimia padat diletakkan di rak bahan paling atas yang gunanya untuk memudahkan dalam pencarian bahan. Selain itu, pada botol reagen juga terdapat pelabelan yang mencantumka nama kimia dan rumusnya, tingkat bahaya, konsentrasi, tanggal pembuatan dan lama hidup.

Wadah dan tempat penyimpanannya juga diberi label yang mencantum nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Misalnya warna merah untuk bahan  flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
   Label bahan flammable

   Label bahan oksidator      
 
  Label bahan toxsic

Label bahan korosif     
 

Label bahan dengan tingkat bahaya rendah

Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung mempunyai potensi bahaya, baik itu mudak terbakar, meledak, reaktivitasnya maupun bahaya lain. Dengan demikian, mau tak mau kita harus mengenal terlebih dahulu bahan kimia tersebut.
Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga jangan sampai berpengaruh pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang tinggi, dalam arti kata tetap presisi dan tidak bias.
Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik dan sifat kimia bahan.  Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti :
·    Kontrol temperatur
·    Perbandingan dan konsentrasi reaktan
·    Kemurnian bahan
·    Viskositas media reaksi
·    Kecepatan penambahan bahan
·    Pengadukan
·    Tekanan reaksi atau distilasi
·    Bahaya radiasi
·    Bahaya padatan yang reaktif
Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
1.    Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
2.    Reaksi dekomposisi
3.    Komposisi, struktur & reaktivitas kimia
4.    Bahan-bahan kimia tidak kompatibel
1.    Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai berikut :
·    Mudah meledak (explosive)
·    Mudah menyala (flammable)
·    Pengoksidasi (oxidizing)
·    Berbahaya (harmful)
·    Korosif (corrosive)
·    Bersifat iritasi (irritant)
·    Beracun (toxic)
·    Karsinogenik
·    Teratogenik
·    Berbahaya bagi lingkungan
2.    Reaksi dekomposisi
Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.

3.    Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan strukturnya. Contoh:
·    CN2             ( senyawa diazo )
·    C – NO         ( senyawa nitroso )
·    C – NO2        ( senyawa nitro )
Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
·    Kontrol temperature
·    Perbandingan dan konsentrasi reaktan
·    Kemurnian bahan
·    Viskositas media reaksi
·    Kecepatan penambahan bahan
·    Pengadukan
·    Tekanan reaksi atau distilasi
·    Bahaya radiasi
·    Bahaya padatan yang reaktif

4.    Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
·    Identifikasi bahan di masing-masing lab.
·    Perhatikan MSDS
·    Pahami prosedur penanganan
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut :
Jenis Asam
Ø    Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potassium, dan magnesium.
Ø    Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang  flammable dan combustible.
Ø    Asam asetat adalah cairan flammable.
Ø    Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang toksik.
Ø    Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida.
Ø    Pisahkan Asam dan Basa
Jenis Basa (Bases)
Ø    Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik
Ø    Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium
Pelarut (Flammable dan combustible)
Ø    Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent
Ø    Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain
Ø    Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll
Pengoksidasi
Ø    Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable
Ø    Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format
Sianida
Ø    Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap Air
Ø    Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air
Ø    Siapkan Racun api kelas D didekatnya
Bahan Piroforik
Ø    Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin
Ø    Berikan tambahan seal yang kedap udara
Light-Sensitive Chemicals
Ø    Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.
Bahan pembentuk peroksida
Ø    Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable
Ø    Pisahkan dari pengoksidasi dan asam
Bahan Beracun
Ø    Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya
Ø    Pergunakan sistem keamanan yang memadai
Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110% volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume. Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium. Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk untuk penyimpanan asam dan basa. Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids.





















KESIMPULAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Manajemen laboratorium, dalam hal ini manajemen mutu, harus didesain untuk selalu memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerjanya, disamping harus mempertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan manajemennya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan penggunaan laboratorium.












DAFTAR PUSTAKA

Aridianto, Devo., 2010., Cara Penyimpanan Alat dan Bahan Laboratorium IPA. http://dovoav1997.webmode.com
Lubis, M., (1993),  Pengelolaan Laboratorium IPA, Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta
Edukasi., 2011., Cara Memperlakukan Alat dan Bahan Di Laboratorium IPA., www.e-dukasi.net
Lansida., 2011., Penyimpanan Bahan Kimia yang Aman., http://lansida.blogspot.com
Tim Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Laboratorium, (2010), Pengelolaan Laboratorium. Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Medan.
Universitas Pekalongan., 2011., Manajemen Laboratorium., www.unikal.ac.id